Senin, 05 Oktober 2009
Merajut Doa Menggapai Harapan dalam Rongsokan Puing Itu (Refleksi kritis terhadap musibah gempa padang)
“Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan hingga Minggu (4/10/2009) pukul 09.00 WIB korban tewas akibat gempa bumi 7,6 SR di Sumatera Barat (Sumbar) mencapai 603 orang. Sekitar 343 warga dinyatakan masih hilang. "Sebanyak 412 orang luka berat, 2.096 orang luka ringan dan 736 orang masih mengungsi. Korban terbanyak saat ini berasal dari Kab. Padang Pariaman dengan 276 tewas dan korban tewas dari kota Padang mencapai 231 orang,". BNPB juga mencatat, 83.172 unit rumah mengalami kerusakan berat, 32.312 rusak sedang dan 64.145 rusak ringan. Selain itu, sarana kesehatan yang rusak berat berjumlah 25 unit, sekitar 135 fasilitas pendidikan mengalami kerusakan parah, serta 4 jembatan masing 2 jembatan di Kabupaten Solok dan 2 jembatan di Kabupaten Agam mengalami kerusakan berat” (detik.com, diakses 4/10/09, pkl: 18.00)
Sebuah term: “Banyak orang yang menganggap bahwa ketika tengah ditimpa musibah atau bencana, maka pada saat itu mereka beranggapan bahwa Tuhan tengah murka kepada kita, dan pada saat itu keputus asaan melanda kita sejadi-jadinya”.
Padahal jika kita menganalogikan kasus tersebut pada sifat dan sikap manusia, term di atas tidak dapat ditangkap logis secara nalar. Maksud saya seperti ini, ketika suatu ketika atasan saya marah kepada saya. Maka, “kemarahan” atasan saya adalah buah dari kekecewaan atasan saya terhadap pekerjaan saya yang tidak beres (dalam hal ini kausalitas/ hukum sebab akibat berlaku). Contoh mudah yang lebih konkrit adalah tidak mungkin ada asap tanpa terlebih dahulu adanya api. Kembali ke term di atas dan mengapa saya bilang anggapan seperti di atas tidak logis, karena ada dalam diri manusia sikap egoisentris yang jika dibombardir oleh sanggahan-sanggahan yang bersifat immaterial (statement) maka ia tidak dapat goyah sedikitpun. Maksud sederhana saya misalnya ketika kita sedang berdebat tentang mengapa tingakat kecelakaan lalu lintas banyak terjadi pada pengendara sepeda motor dan apa penyebab-penyebabnya, maka masing-masing kita akan memiliki pembenaran tentang hal tersebut. Pun ketika anggapan kita tidak diterima oleh orang lain maka tetap di dalam diri kita sendiri, kita akan terus menganggap bahwa pendapat kitalah yang paling benar. Lalu jika begitu apakah sampai seterusnya manusia tidak akan pernah memiliki 1 anggapan yang sama terhadap sesuatu hal?, dan jawabannya adalah ada satu titik ketika kita akan memiliki 1 persepsi yang sama terhadap sesuatu, dan jawabannya adalah ketika secara bersama-sama kita dihadapkan pada fakta riil yang tengah kita perdebatkan. Contoh konkritnya adalah: kita pasti akan memiliki persepsi yang sama terhadap berbagai macam penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor, ketika saya dan anda bersama-sama berboncenga mengendarai sepeda motor dan pada saat yang bersamaan kita mengalami kecelakaan (naudzubilah). Maka setelah itu kita akan memiliki 1 persepsi yang sama yaitu bahwa kecelakaan terjadi karena kita tidak hati-hati, dan tidak mematuhi peraturan lalu lintas.
Analogi ini dapat kita turunkan pada kasus gempa Padang. Berbondong-bondong para ahli mengemukakan macam-macam penyebab terjadinya gempa, kronologis peristiwa, mengapa bisa timbul banyak korban jiwa, dan lain-lain tentang gempa padang dengan berbagai teori-teori ilmiah, dan tak jarang sanggah menyanggah terjadi di antara mereka. Namun jika kita bertanya pada para korban yang mengalami musibah tersebut, maka kita akan mendapatkan fakta yang sama bahwa mereka punya satu pandangan yang sama pada musibah tersebut, yaitu “karena kita kurang bersyukur”
Kembali pada term sebelumnya. Selama ini kita tidak fair dengan Tuhan, dalam pengertian lain, tanpa kita sadari kita tidak pernah berbuat “take & give” kepada Tuhan. Padahal formula hubungan take & give ini adalah awal pembentuk hubungan kausalitas. Misalnya, ketika kita tengah diberikan banyak rezeki oleh Tuhan kita jarang sekali bersyukur terhadap perolehan rezeki itu. Dan ketika kita tengah ditimpa musibah, maka dengan semena-mena kita akan menghujat betapa jahatnya Tuhan kepada kita. Karena tidak adanya hubungan take & give ini, maka berimbas pada tidak baiknya hubungan kausalitas diantara keduanya (manusia & Tuhan). Dan kejadian itu bisa kita lihat pada musibah gempa di Padang.
Stick to the fight when you’re hardest hit, when things go wrong you mustn’t quit
Term 2 : “masih banyak orang yang berbuat keji dan mungkar di luar sana, tapi mengapa hanya kami yang ditimpa musibah….”
Ke-individualitasan pribadi pada diri manusialah yang akan selalu menuntun kita untuk tidak pernah berefleksi diri dan tidak pernah mau untuk mengintrospeksi diri kita sendiri. Pada kenyataannya kita akan sangat mudah sekali untuk menilai seseorang itu baik atau tidak baik, dan benar atau tidak benar. Namun sebaliknya, sangat sulit sekali bagi kita untuk menilai apakah perbuatan kita itu baik atau tidak baik, dan benar atau tidak benar. Karena sampai kapanpun kita akan selalu memiliki pembenaran terhadap setiap keyakinan kita (walaupun keyakinan itu salah). Manusia adalah makhluk pembanding, dan kita tidak akan pernah puas selama kita belum membandingkan apa yang kita miliki dengan milik orang lain. Kita selalu membandingkan bahwa diri kita tidak jauh lebih berdosa dibandingkan orang lain, padahal tidak ada seorangpun yang mengetahui tingkat kebaikan dan keburukkan setiap orang.
If you get your self into a hole, stop digging
Bahkan ketika tengah mendapatkan teguran yang keras masih saja ada sebagian manusia yang memanfaatkan teguran Tuhan itu untuk memperoleh keuntungan sepihak. Sebagai contoh sederhana saja, hari ini (minggu, 4/9/2009) 1 stasiun televisi membuat vt siaran untuk membuat pernyataan kebanggaan bahwa stasiun TV mereka merupakan stasiun TV tercepat yang menayangkan berita tentang gempa Padang, hanya siaran dari stasiun TV mereka yang dipakai dan disiarkan oleh stasiun TV internasional, dan semata-mata itu semua digunakan untuk mendongkrak rating. Atau contoh lainnya ketika pejabat pemerintahan yang kebetulan menjadi calon ketua salah satu parpol mengadakan acara pribadi di suatu stasiun TV dan mendeklarasikan bahwa ia adalah orang yang dianugrahkan rezeki finansial yg banyak oleh Tuhan dan dengan sombongnya ia mengungkapkan dan mempublikasikan bahwa ia akan menyumbang sejumlah Milyarad-an rupiah untuk korban gempa.
Better to light one candle than to curse the dark
Kawan sudah saharusnya kita kembali merefleksikan diri untuk merenungi untuk apa kita sebenarnya hidup di dunia ini. Kita juga mesti sadar bahwa segala fasilitas dunia yang tersedia ini bukanlah milik kita, kita hanya dipersilahkan untuk tinggal, memanfaatkan, dan merawatnya. Dan jika kita ingkar akan hal tersebut, ingatlah bahwa hukum kausalitas itu berlaku di jagat raya ciptaan Tuhan ini. Gempa di Padang hanyalah sebagian kecil dari teguran Tuhan, dan marilah kita bersama-sama mampu mentransformasikan diri kita ke arah yang jauh lebih baik. Bukan tangisan dan air mata yang kita dan para korban gempa butuhkan saat ini, namun perubahan sikap hidup yang mampu menselaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat yang mutlak diperlukan kedepannya. Oleh karena itu, saat ini marilah kita rapatkan jemari kita dan bersimpuh padanya untuk memohon ampun dan berjanji akan selalu bersyukur terhadap setiap nikmat yang diberikannya untuk kita. Agar kelak kehidupan kita di dunia akan selalu berdada di bawah ridho dan hidayahnya. Amin….
Andy Setyawan
Ka. Dewan Perintis KIRJAS
Production Management PT Global TV
Ariobimo Sentral, Kuningan, Jakarta
philosophyofawan@yahoo.com/andy.setyawan@globaltv.co.id
Sabtu, 19 September 2009
There is when human so individualistic about themselves
There is time when human often scratch another person’s hearth
And not rarely there is time that human forget their god
When hands can’t shake each other
Mouths can’t express good word
Only a little desire that I offer you to forgive me
From my deepest hearth on all my guilty
Merupakan sesuatu yang wajar ketika kemenangan di peroleh dari serangkaian proses panjang yang terjal dan mendaki. Namun, bukan hal yang tidak wajar pula, apabila kemenangan didapat dengan cara yang instan tanpa pengorbanan sedikitpun. Kedua hal tersebut akan kembali kepada pelakunya untuk menentukan jalan mana yang akan dipilih. Kemenangan dalam bentuk apapun adalah sebuah keberhasilan, terlepas dari bagaimana cara kemenangan itu diperoleh. Hanya orang yang menjalaninya saja yang akan benar-benar merasakan hakikat dan tingkat kemaknaan dari perolehan kemenangan yang didapat. Bisa saja seseorang mendapatkan kemenangan namun jauh di dasar lubuk hatinya ia menganggap kemenangan itu kosong dan tidak berarti apa-apa karena dalam proses menuju kemenangan tersebut bukanlah jalan baik yang ditempuh.
The real strong man can beat his enemies and his desires
Proses menuju kemenangan pada hakikatnya merupakan suatu perjuangan melawan segala hal yang menghalangi perjalanan tujuan yang akan dicapai. Namun, apapun hal yang merintangi tak ada yang jauh lebih sulit ditaklukkan selain ego dan nafsu. Musuh sebesar karangpun tak akan berarti apa-apa ketika nafsu menguasai kita untuk menjauhi kemenangan yang kita tuju.
God would forgive our sin, but nervous breakdown would never forgive its patient
Ketika ternyata pada pertengahan jalan kita sedikit berbelok pada tujuan awal, pada saat itupula kita sebenarnya tengah mendapatkan kebahagiaan, namun bukan kemenangan. Sebagai contoh, ketika di awal ramadhan berniat utk menjalani puasa selama satu bulan penuh. Namun, ketika hari ke 15 seketika itu kita tergoda oleh setegukkan minuman yang menggiurkan dahaga. Pada saat itupula kita mendapatkan kebahagiaan kita, namun yang perlu diingat ternyata kebahagiaan itu akan mengurangi intensitas kemenangan kita. Dalam keadaan seperti itu (keadaan yang berhubungan dengan tuhan) kita merasa sangat amat bersalah pada Tuhan karena telah lalai menjalankan salah satu perintahnya. Namun yang patut kita renungkan kembali, bahwa Tuhan tidak akan mempermasalahkan keberbelokkan kita dari tujuan awal kita, dan pandangan inilah yang harus kita luruskan. Kita tentu ingat, bahwa Tuhan memiliki segala sifat baik yang selama ini dikonstruksikan oleh manusia (penyayang, pemaaf, penyabar, dll), dan maka dari itu apapun perbuatan kita (baik atau buruk) Tuhan tidak pernah akan mempermasalahkannya. Hanya yang perlu diingat, sejak awal pembentukan alam semesta ini, telah ada konsekuensi hukum alam yang mengatur bahwa segala kebaikan akan berbuah kebaikan, dan segala kejahatan akan berbuah sesuatu yang tidak baik pula.
Life’s battles don’t always go to the strongest or the fastest person
But sooner or later the person who wins is the one who thinks they can
Dan pada akhirnya,, pertarungan-pertarungan menuju kemenangan itu tidak selalu dimenangkan oleh orang yang tercepat dan terkuat. Tetapi cepat atau lambat, orang yang menang itu adalah mereka yang berpikir bahwa mereka bisa menaklukkan segala ego dan nafsu yang mungkin akan menghambat proses menuju kemenangan yang selalu kita idam-idamkan’
Silahkan mengartikan sendiri kemenangan yang anda dapatkan di Idul Fitri Tahun ini.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430 H
Minal Aidzin Wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir & Batin
Andy Setyawan
Ka. Dewan Perintis KIRJAS
Production Management Department PT GLOBAL TV
Blog:
Filsufgaul.wordpress.com
Philosophyofawan.blogspot.com
Jumat, 18 September 2009
Rabu, 02 September 2009
Lagu Tom Paxton yang dinyanyikan Pete Seegar
Apa yang kau pelajari di sekolah hari ini, anakku?
Apa yang kau pelajari di sekolah hari ini, anakku?
Aku diajari bahwa washington tidak pernah berdusta
Aku diajari bahwa tentara itu tidak gampang mati
Aku diajari bahwa setiap orang punya kebebasan
Begitulah yang diajarkan guruku
Itulah yang aku pelajari di sekolah hari ini
Itulah yang aku pelajari di sekolah
Aku diajari bahwa polisi adalah sahabatku
Aku diajari bahwa keadilan tidak pernah mati
Aku diajari bahwa pembunuh itu mati karena kejahatannya sendiri
Meski kadang kita juga membuat kesalahan
Aku diajari bahwa pemerintah harus kuat
Pemerintah selalu benar dan tak pernah salah
Pemimpin kita adalah orang yang paling bijak
Dan lagi-lagi kita akan memilih mereka
Aku diajari bahwa perang itu tidak begitu buruk
Aku diajari bahwa ada sebuah perang besar yang pernah terjadi
Kita dulu pernah berperang di Jerman dan Perancis
Dan mungkin suatu saat aku akan berperang
Itulah yang aku pelajari di sekolah hari ini
Itulah yang aku pelajari disekolah
_guru di Amerika selalu mendoktrin ank didiknya dengan hal spt ini,,terkesan sangat tidak manusiawi sih..tapi dengan doktrin inilah Amerika bisa jadi negara adidaya...apakah kita perlu menerapkan hal seperti ini juga???_
Minggu, 30 Agustus 2009
Urgensi suatu komitmen pribadi..
mari kita selesaikan fenomena di ats...
kawan..a commitment is a living thing not a dormant activity.. dengan kata lain komitmen itu sebenarnya adalah suatu benda yang hidup dan aktif, bukan sesuatu aktivitas yang terbengkalai. maksudnya ketika di awal kita sepakat membuat komitmen, maka komitmen itu secara tidak langsung akan aktif mengikat kita. the quality of your life will largely depend on your commitment to excellence regardless of your endeavour...maksudnya kualitas hidup kita itu pasti bergantung pada komitmen kita terhadap apa yg kita unggulkan, dan bukan persoalan seberapa besar upaya kita mempertahankan itu. maksudnya gni, kita balik ke kasus di atas. ketika seseorang telah berkomitmen untuk terbuka pada orang lain, maka yg dituntut oleh orang lain itu adalah keterbukaan anda pada orang itu, bukan soal seberapa besar usaha anda untuk tetap terbuka walaupun anda sampai mati-matian utk sebisa mungkin terbuka (orang lain tdk akan peduli usaha anda ini).
Minggu, 14 Juni 2009
Dare to Fail
_John Kilcullen_
Im Try to remember that Thomas Edison's factory once caught fire. As Edison, his wife and his son stood gazing at the blazing inferno, he smiled and said," There go all our mistake! Now we can start a fresh!"
Freedom is not worth having if it does not connote freedom to err.
_Mahatma Gandhi_
"I think and think for months and years. 99 times, the conclusion is false. The 100th time I am right"
_Albert Einstein_
Mistake are a part of life; you cant avoid them. All you can hope is thet they wont be too expensive and that you dont make the same mistake twice
Failure after long perseverance is much grander than never to have a striving good enough to be called a failure
Sabtu, 13 Juni 2009
How To Be A Good Leader
"Sebuah pertanyaan penting bagi para pemimpin : "Apakah saya membangun orang-orang, atau membangun impian saya dan menggunakan orang-orang untuk melakukannya?""
_John C Maxwell_
"Memegang kekuasaan adalah ibarat menjadi seorang wanita. Kalau anda harus memberitahu orang-orang bahwa anda seorang wanita, anda pasti bukan wanita"
_Margaret Thatcher_
dari statement di atas, setiap kali kepemimpinan kita tidak cukup jelas bagi mereka-mereka yang di sekeliling kita sehingga perlu dijelaskan, kita terancam kehilangan kepemimpinan kita. Kalau anda harus terus menerus mengingatkan orang-orang bahwa andalah yang memimpin, kemungkinan besar ada orang lain yang mengambil peran tersebut. kepemimpinan hendaknya tampak alami dan terlihat oleh semua orang.
"Seseorang yang ingin memimpin orkestranya harus membelakangi orang banyak"
" Elang itu tidak pernah berkelompok...anda harus mencarinya satu persatu.."
_H Ross Perot_
elang tidak akan pernah mau disaingi oleh burung lain baik dari kecepatan, maupun ketinggian. Ia akan terus berusaha berada di depan dan teratas dibanding burung-burung lain. Dan selayaknya pemimpin juga harus seperti itu..
"Seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat menginjak kaki anda tanpa merusak kilap sepatu anda"
seorang pemimpin sudah seharusnya memiliki kemampuan untuk mengatakan yang sebenarnya, memaparkan keharusan-keharusan,serta memberikan perintah-perintah yang efektif kepada orang lain. Di saat yang sama, mereka lakukan semuanya itu dengan kehangatan serta pengertian yang sedemikian rupa, dengan humor serta kepekaan yang sedemikian rupa, sehingga tak seorangpun merasa didesak.
Namun, yang terpenting bagi saya...
"Pemimpin itu harus mampu mendengar, jeli untuk melihat, dan mampu merasakan dengan hati..."
_Andy Setyawan_
Ka Dewan Perintis Kelompok Ilmiah Remaja Jakarta Selatan (KIRJAS)
Jumat, 12 Juni 2009
Menyurat Asa Tersirat Dibalik Setitik Harapan
Indonesia kita itu indah
Indah..jika kita ingin membuka pintu cakrawala
Dan meraih segumpal awan
Untuk dihadiahkan kepada orang lain
Kawan...
Bangsa kita besar
Besar...jika kita ingin mengambil air danau
Dan meneteskannya di hamparan tanah berpadi
Dan sahabat...
Negeri kita ini kaya
Kaya akan tutur bahasa dan lenggok laku
Yang siap disandingkan
Oleh tutur dan laku negeri terbaik di muka bumi ini
Namun..sadarkah kalian
Bangsa ini kalut
Kalut akan masalah yang bertubi-tubi menghantam bangsa ini
Bangsa ini tunduk..
Tunduk pada si jiran
yang dahulu bertekuk lutut
Dan menimba ilmu dari kita
Dan tahu kah kau sahabat..
Bangsa ini tidak bergeming
Tak bergeming ketika si Adi daya
Merongrong kedaulatan bangsa kita
Namun percayalah sahabat...
Negeri ini akan selalu takut..
Takut..jika kalian tidak memiliki
keberanian untuk mempertahankan kedaulatan bangsa ini
Negeri ini akan selalu dilanda kecemasan
Cemas, jika para pemimpin-pemimpin terhormat itu
Tidak menjalankan amanah dengan baik
Dan sahabat...
Negeri ini akan runtuh..
Runtuh jika perdamaian dan kesatuan
Tidak lagi ditegakkan
Disetiap jengkal sajadah
yang dibentangkan di bumi pertiwi ini
Dan Tuhanku...
Sembah sujud ku haturkan padamu
Berilah kami setitik harapan
Segenggam pengorbanan
Dan seputih impian
Agar kami bisa membawa bangsa ini
Ke arah yang jauh lebih baik
Amin....
DSW.....
Dimensi membutakan mata, memekakkan telinga
Lalu diri menjadi hampa
Saat paradigma dunia tak lagi digunakan untuk menerka
Sadarku akan hadirmu
mematahkan sendi-sendi yang biasanya tegak berdiri
Karena...
Sujudku pun takkan memuaskan inginku
Tuk haturkan sembah sedalam kalbu
Adapun kusembahkan syukur padamu ya Allah
Untuk nama, harta, dan keluarga yang mencinta
Dan perjalanan yang sejauh ini tertempa
Alhamdulillah...
Beri hamba kesempatan
Yang membuat hamba mengerti lebih baik tentang makna diri
Semuanya lebih berarti apabila dihayati
Bagaimana Anak Seharusnya Dididik
jika anak dibesarkan dengan permusuhan, maka ia akan belajar berkelahi
jika anak dibesarkan dengan hinaan, maka ia belajar menyesali diri
jika anak dibesarkan dengan dorongan, maka ia belajar percaya diri
jika anak dibesarkan dengan toleransi, maka ia belajar menaruh kepercayaan
jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, maka ia akan berlaku adil
jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia akan menemukan cinta dalam kehidupan
Begitulah seharusnya anak selalu belajar dalam kehidupan
WHAT LOVE IS ?
Many people believe love is a sensation that magically generates when Mr. or Ms. Right appears. No wonder so many people are single. An excerpt from "Head to Heart." And just as easily, it can spontaneously degenerate when the magic "just isn't there" anymore. You fall in love, and you can fall out of it. The key word is passivity. I think Love is the attachment that results from deeply appreciating another's goodness. The word "goodness" may surprise you. After all, most love stories don't feature a couple enraptured with each other's ethics. ("I'm captivated by your values!" he told her passionately. "And I've never met a man with such morals!" she cooed.) But in her study of real-life successful marriages ("The Good Marriage: How and Why Love Lasts"), "the value these couples placed on the partner's moral qualities was an unexpected finding."
If love comes from appreciating goodness, it needn't just happen you can make it happen. Love is active. You can create it. Just focus on the good in another person (and everyone has some). If you can do this easily, you'll love easily. I was once at an intimate concert in which the performer, a deeply spiritual person, gazed warmly at his audience and said, "I want you to know, I love you all." I smiled tolerantly and thought, "Sure." Looking back, though, I realize my cynicism was misplaced. This man naturally saw the good in others, and our being there said enough about us that he could love us. Judaism actually idealizes this universal, unconditional love. Obviously, there's a huge distance from here to the far more profound, personal love developed over the years, especially in marriage. But seeing goodness is the beginning
Now that you're feeling so warmly toward the entire human race, how can you deepen your love for someone? The way God created us, actions affect our feelings most. For example, if you want to become more compassionate, thinking compassionate thoughts may be a start, but giving charity will get you there. Likewise, the best way to feel loving is to be loving and that means giving. While most people believe love leads to giving, the truth is exactly the opposite: Giving leads to love. True giving, as Erich Fromm points out, is other-oriented, and requires four elements. The first is care, demonstrating active concern for the recipient's life and growth. The second is responsibility, responding to his or her expressed and unexpressed needs (particularly, in an adult relationship, emotional needs). The third is respect, "the ability to see a person as he (or she] is, to be aware of his (or her) unique individuality," and, consequently, wanting that person to "grow and unfold as he (or she) is." These three components all depend upon the fourth, knowledge. You can care for, respond to, and respect another only as deeply as you know him or her.
When I love someone, I might love her for just one reason or I might love her for a hundred and fifty reason. But those reasons I might always discover more circumscribe your place in the love world. The person I lve is consequently, not simply you, the whole person, but rather you circumscribe by that set of reasons. I think the object of love is the story of two improbable lovers with an unthinkable future together. Love is about the poles of the loveworld and the goal of its development, and its a creation of self. For the self that is created throught love is a shared self, a self that is conceived and developed together. And I think "Love is like a violin, the music may stop now and then, but the strings remain forever."
"TO ACCOMPLISH GREAT THINGS U MUST NOT ONLY ACT BUT ALSO DREAM, NOT ONLY PLAN BUT ALSO BELIEVE"
perencanaan merupakan suatu langkah awal menuju cita-cita
dan perencanaan tanpa mimpi adalah kosong
maka orang yang takut bermimpi adalah orang yang sangat takut bangun esok di pagi hari